NO GOD BUT ALLAH . . .

اللهُ لآَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ...

Jumat, 13 Agustus 2010

After The Sunset

After The Sunset


Cinta memang bisa menyilaukan mata hati kita. Karena itulah cinta bisa membutakan mata hati siapa saja. Tak terkecuali aku. Ya, aku benar-benar sedang terbutakan oleh cinta. Betapa tidak? Aku yang notabenenya masih brownies – brondong tapi manis – jatuh cinta kepada seorang wanita bule yang usianya sudah berkepala tiga atau kalau temen-temenku bilang aku jatuh cinta kepada seorang tante-tante bule. Ah, Gila! Entah kenapa aku bisa jatuh cinta kepada Madam Moon. Ya, Madam Moon nama wanita bule itu. Ah, mungkin karena aku terpesona akan sorot tajam bola matanya yang biru gelap serta rambut pirangnya yang selalu dibiarkan terurai. Semakin mempercantik paras wajahnya saja yang memang masih tampak kencang dan mempesona meskipun usianya sudah berkepala tiga, seperti halnya paras cantik tante-tante ibu kota yang sering aku lihat di Mall-Mall. Ah, tapi aku merasa cintaku kepada Madam Moon ini benar-benar bersumber dari lubuk hatiku yang paling dalam. Kalaupun toh aku terpesona oleh paras wajahnya yang cantik, bola matanya yang biru indah serta pesona rambut pirangnya, semua itu tak lain hanyalah kelebihan yang ada pada diri Madam Moon yang membuat mata hatiku ini benar-benar telah terbutakan oleh cinta, cintaku kepada Madam Moon. Meskipun teman-temanku selalu saja tidak mau percaya dengan apa yang sedang aku rasakan ini.
“ah, gila loe, Sur. Loe tuch bukannya cinta beneran ama tuch tante bule, tapi loe tuch cuma pengen make a love doank ama dia. Ya gak Jack?” seloroh si Andre sembari meminta persetujuan si Jacky.
“Yoi, Men. Ah, loe paling-paling mau manfaatin tuch tante bule buat nebel-nebelin dompet loe doing ‘kan? Ah, benar-benar udah gila loe, Sur.”
“ah, loe berdua tuch yang gila. Pikirannya ngeres ama jelek melulu. Lagian masa loe berdua gak percaya ama temen kalian sendiri sih. Gue tuch serius cinta ama Madam Moon beneran. Cinta, Men, Cinta! Cinta doank gitu loh! Gak ada maksud ngeres ama maksud jelek seperti yang ada dalam otak kotor loe berdua itu.”
“iya deh, kita percaya, tapi nanti…..” ucap si Andre.
“nanti? Maksud loe?”
“nanti ya maksudnya nanti kalau rambutnya si Giring, vokalis Nidji itu, udah gak krebo lagi, baru kita mo percaya. He … he… he ….” Jawab Andre sambil cengengesan.
“terserah loe berdua mo percaya ato kagak. Yang jelas gua benar-benar cinta ama Madam Moon. Bahkan seandainya dia minta married ama gua, then why not?” timpalku acuh tak acuh.
“serius loe, Sur?!” Tanya mereka berdua hampir berbarengan, dengan nada sedikit terkejut mendengar penuturanku barusan.
“dua rius” jawabku enteng sembari mengacungkan dua jari, jari telunjuk dan jari tengahku.
Lalu, aku pun segera berlalu meninggalkan mereka berdua, yang masih tampak melongo seolah tidak habis percaya dengan jawabanku itu, berenang ke tepian Pantai Kuta di bawah indahnya matahari sore.
Pantai Kuta? Ya, Pantai Kuta. Dari situlah segalanya berawal. Semuanya berawal ketika kami, tiga serangkai Aku, Andre dan Jacky, memutuskan untuk berlibur satu bulan penuh ke Bali setelah dengan perjuangan keras serta dengan sedikit banting tulang dan peras keringat akhirnya kami bertiga bisa lulus UAN SMA. Karena itulah, untuk menghargai perjuangan kemerdekaan kami itu – gila! Perjuangan kemerdekaan? Kamsudnya perjuangan kemerdekaan kami dari Penjajah UAN yang hanya menentukan kelulusan SMA dalam tiga hari saja, padahal ‘kan kita-kita menghabiskan ongkos buat sekolah SMA selama tiga tahun, masa lulus gak lulusnya cuma ditentukan oleh tiga hari itu saja, ah, dasar penjajah! Ah, tapi yang penting kami bertiga sekarang sudah merdeka. Dan, kami akan melaksanakan proklamasi kemerdekaan kami di Pantai Kuta Bali. He.. he .. he... keren ‘kan?
Di Pantai Kuta itulah, aku bertemu dengan Madam Moon, seorang tante bule cantik dari LA – bukan Lenteng Agung Coy, tapi Los Angeles. Los Angeles Amerika gitu loh! Awalnya kami bertiga hanya sekedar iseng-iseng saja ketika waktu itu kami sedang jalan-jalan menyusuri indahnya Pantai Kuta Bali, lalu pandangan mata kami tertuju pada sesosok bule berwajah cantik, secantik Shania Twain, dengan bola mata biru yang indah, sebiru bola mata Avril Lavigne, dengan rambut pirang yang menebarkan penuh pesona, sepirang rambut Jessica Simpson. Ah, she is just about perfect1 deh pokoknya!
“suit … suit … lihat tuch. Tuch bule cuakep buangeeettt ya?” ucap si Andre kegatelan melihat sesosok bule cantik yang sedang berbaring sendirian saja di atas pasir Pantai Kuta dengan hanya mengenakan bikini, seperti halnya bule-bule pada umumnya.
“iya, Ndre. Betul juga loe. Tuch bule emang cuakeeppp buaangeeeetttt. Busyeeettt …. Bodynya seksi abis, Guys! Kita samperin yuukk!” ujar si Jacky ikut-ikutan kegatelan.
“eh, Sur, loe ‘kan jago banget bahasa inggrisnya. Ayo dong, loe guide kita kenalan ama tuch bule. Ok, ok, ok?!” pinta Andre.
“ah, loe berdua tuch ye, kegatelan banget sih lihat bule pakai bikini.”
“ah, Surya. Common, Guys. Please dech. Please buuaanngggeeettt gitu loh.” Rengek si Andre.
Karena mereka berdua tak henti-hentinya merengek kepadaku, dan terus mendorongku dari arah belakang ke arah bule itu, akhirnya mau tak mau aku pun harus menjadi Guide mereka.
“Hello, Madam?2” sapaku.
“Hello too.3” Jawabnya dengan raut wajah sedikit terkejut melihat keberadaanku yang tiba-tiba sudah berada di dekatnya.
“Excuse me. Am I disturbing you?”4
“Oh, No. Very much not. I even think that it’s a good idea to have someone beside me to talk whatever anyway. And, here you are that can speak English well fortunately” 5 Raut wajahnya tiba-tiba berubah sangat welcome sekali.
“Oh, ya. It’s just by chance, I think. These my two friends that wanna talk to you,”6 ucapku sembari mengacungkan ibu jariku ke arah belakang tanpa menoleh ke arah mereka berdua,”and I just guide them since they speak English not so well.”7
“whaaatttt?” tiba-tiba kedua alisnya berkernyit turun, terkejut,”I don’t see anyone behind you, boy. You may have just met two ghosts of this Kuta Beach .” 8 Ujarnya sambil tertawa.
Aku tak kalah terkejutnya. Aku menoleh ke belakang. Dan ternyata ……
“ah, sialan. Mereka cuma mo ngerjain gua doank ternyata.”
Ku lihat dari kejauhan mereka tampak tertawa puas terkekeh-kekeh ke arahku.
“are you ok, boy?” 9Tanya bule itu sembari menepuk bahuku.
“Oh, ya. I’m ok. I’m very fine. I’m sorry, Madam. I don’t mean to lie, but I came here with my two friends anyway. You know, we are very close friends that we always give a beating each others. Look Madam! There they are. Those two fucking friends of mine are waving their hands to us.”10 Ucapku sembari menunjuk ke arah si Andre dan Jacky yang melambaikan tangan mereka ke arah kami berdua. Dan, si bule itu pun dengan senyum ramahnya membalas lambaian mereka.
“I’m really sorry, Madam, for ….”11
“No. it’s ok. They are your friends anyway, right? Just be easy, boy. I was also ever been young just like you and those your friends. I’m Madam Noon. What’s your name handsome boy?”12 ucapnya tiba-tiba mengulurkan tangannya yang lembut dan memperkenalkan diri lebih dulu serta menyebutku handsome boy. Oh, My God. I’m really impressed anyway.13
“Surya. Surya Ardiyanto. Just call me Surya.”14 Jawabku memperkenalkan diri.
“So, which part of this country are you from, Surya?”15
“I come from Jakarta, Madam. And, what about you?”16
“I come from LA, America.”17
Pepatah bilang, sekali basah kuyup, mencebur ke sungai saja sekalian.
“So, what do you think of This Kuta Beach, Madam?” 18aku mulai berbasa basi.
“just like you see it, Surya. It’s such a wonderful beach I’ve ever seen. And I like to enjoy the panorama best at noon, just when the sunset gonna appear, then here comes the night where the beautiful moon shines this beach beautifully.”19
“Ya. You’re right, Madam. And, anyway, I think you are the beautiful moon at such this hot day, Madam.”20 Ucapku sedikit puitis merayu gombal. Madam Moon hanya tertawa renyah mendengarnya.
“ah, you Surya. And, anyway, if you think that I am that beautiful moon at such this hot day, then you must be the handsome sun.”21 ucapnya tak kalah puitis.
Lalu, sejenak bola mata kami saling bertatapan. Aku merasa ada semacam perasaan tertarik dalam drirku yang tertuju kepada Madam Moon. Dan begitu pula sebaliknya, sorot tajam bola matanya yang biru indah seolah mengatakan kepada bola mataku bahwa Madam Moon juga merasakan hal yang sama kepadaku.
Dan, kini hari demi hari di Pantai Kuta selalu terasa indah bagiku jika selalu berada di samping Madam Moon. Hari demi hari selalu ku habiskan sepenuhnya untuk bercengkrama dengan Madam Moon, duduk berdua di atas Pasir Putih Pantai Kuta Bali, bercanda riang, lalu berlari riang saling berkejaran ke tepian pantai, tak peduli ombak yang bergulung menerjang tubuh kami, membasah kuyupkan tubuh kami, tak peduli pandangan mata aneh orang-orang di sekitar – termasuk juga si Andre dan si Jacky – kepada kami, tak peduli usia kami sangatlah berbeda jauh. Jika pesona cahaya cinta telah menyilaukan mata hati, maka cinta bisa membutakan siapa saja.
Love at the first sight and Love that takes a part suddenly22
Ya, cinta kami memang tumbuh kala pertama kali pandangan mata kami tajam bertemu. Dan, cinta kami memanglah juga tumbuh dan mekar tiba-tiba begitu saja, seperti halnya ombak Pantai Kuta yang tiba-tiba menggulung besar. Namun, ombak Pantai Kuta pun bisa menyurut kecil begitu saja, begitu juga dengan cinta kami berdua yang akhirnya harus terhenti di tengah jalan. Waktu dan jarak yang begitu jauh lah yang harus memisahkan cinta kami berdua.
Tak terasa sebulan berlalu sudah. Besok, bagaimanapun juga, aku dan kedua kawanku harus segera balik ke Jakarta. Pun dengan Madam Moon, yang harus segera terbang kembali ke LA sebentar lagi.
“After The Sunset, I have to go back to LA anyway.”23 Ucapnya lirih. Ada kesedihan menyelimuti disana. Begitu juga aku. Kesedihan, sedih akan berpisah dengan seseorang yang aku cintai, telah membuatku mematung seribu bahasa.
“After The Sunset, We will be apart far away.”24 Ucapnya lirih, jemari tangannya yang lentik, erat menggenggam jemari tanganku. Sekilas, kutangkap rona berkaca-kaca pada bola matanya yang biru indah itu.
“And, since now, After The Sunset, I know we will be missing each others,” 25 ucapnya lirih dan sayu, seraya memeluk tubuhku erat, ”And, After The Sunset, I always hope there will be a beautiful moon that can change my self to be beside you.”26
Madam Moon, seketika melepaskan pelukannya, berbalik menatap lekat-lekat ke arahku.
“But …. I’m afraid of you, Surya.”27
“For what?”28
“For you are The Handsome Sun that is impossible to appear anyway After The Sunset. So, After The Sunset, nothing can change your self to be beside me.”29
“Why do you say that? Believe me, My Beautiful Moon. That After The Sunset, there will be Two Moons. One is You, The Truly Beautiful Moon, and The Other One is me, The Handsome Sun who changes his self become The Handsome Moon. All is about love. All is because of love. And, all is in the name of our love.”30
Seketika Madam Moon kembali memelukku erat.
“Oh, My Love, Surya. How could I bear to leave you.”31 Pelukannya ku rasakan semakin erat seolah dia tidak akan pernah melepasnya.
Sejenak kemudian, semuanya berubah sunyi senyap membisu.
Yang terdengar hanyalah nada genjrengan gitar si Jacky yang mengiringi lantunan lagu Kuta Bali-nya Andre Hehanusa yang kali ini dilantunkan oleh si Andre.
Sejak saat itu hatiku tak mampu, membakarkan rasa diantara kita
Di pasir putih kau genggam jemari tanganku, menatap mentari yang tenggelam
Semua berlalu di balik khayalku, kenangan yang indah berdua denganmu
Di kuta bali, kau peluk erat tubuhku, di kuta bali cinta kita bersemi
Dan entah kapan kembali, mewangi dan tetap akan mewangi
Bersama rindu, walau kita jauh kasih
Suatu saat di Kuta Bali






by : aQib Valentino

Tidak ada komentar:

Posting Komentar