Terdiam Di Balik Kebingungan
Pernah aku pergi ke pantai
Terduduk sendirian disitu penuh tanya
Memandang kosong ke lautan lepas
Kosong, kosong dan kosong
Hanya deburan gulungan ombak yang sesekali terdengar
“Adakah Tuhan bersemayam disana? Sehingga aku bisa bertanya kepadaNya?”
Ah, tidak, tidak. Tuhan tiadalah bersemayam disana
Orang bilang Tuhan bersemayam di atas Arasy sana
Di langit paling ujung sana
Ah, tapi bukankah orang-orang juga bilang
Bahwa Tuhan itu ada dimana-mana
Bahwa Tuhan itu ada di setiap jengkal bumi ini
Menyaksikan dan mengawasi setiap gerak-gerik hamba-hambaNya
Kalau begitu
Tuhan tentunya juga bersemayam di lautan lepas sana
Kalau begitu
Biar aku berlari ke tepian lautan
Berdiri membentangkan kedua tanganku disana
Bertanya kepadaNya
Mengharap jawaban dariNya
Aku berteriak tanya
“Tuhan! Aku bingung denganMu!”
Tidak ada jawaban dariNya
Hanya gulungan ombak yang menerpaku dan membasah kuyupkanku tiba-tiba
Gulungan ombak yang seolah menyampaikan jawaban yang terlontar dari mulutNya
“Kenapa kau bingung denganKu?”
Aku berteriak menjawab
“Kenapa Kau membiarkan ketidakadilan di negeri ini merajalela?”
“Kenapa Kau tega melihat rakyat kecil di negeri ini terlilit kesulitan dan kemiskinan?”
Tidak ada jawaban dariNya
Hanya gulungan ombak yang menerpaku dan membasah kuyupkanku tiba-tiba
Gulungan ombak yang seolah menyampaikan jawaban yang terlontar dari mulutNya
“Siapa bilang begitu? Bukankah Aku telah menanamkan jiwa keadilan kedalam hati sebagian dari mereka yang lain di negeri ini? Agar mereka berjuang melawan ketidakadilan itu?”
“Bukankah Aku telah melimpahkan kekayaan dan kelapangan kepada sebagian dari mereka yang lain di negeri ini? Agar mereka bersedekah membantu mereka yang terlilit kemiskinan dan kesulitan?”
Aku berteriak menjawab
“Tapi ketidakadilan di negeri ini terlalu kuat, Tuhan! Banyak dari mereka yang berjiwa keadilan justru mati dan hilang sia-sia di tengah-tengah perjuangan mereka melawan ketidakadilan itu! Sebelum sempat mereka merobohkan dan menghancurkan gedung ketidakadilan itu! Gedung ketidakadilan itu terlalu kuat, Tuhan! Terlalu kuat untuk kami tembus karena dijaga para militer bersenjata! Terlalu kuat untuk kami robohkan karena telah terbangun sebegitu kokohnya sejak puluhan tahun yang lalu!”
“Dan, tidakkah Kau tahu, Tuhan? Bahwa mereka yang terlilit kemiskinan dan kesulitan di negeri ini sangatlah jauh lebih banyak sekali dibanding mereka yang Kau anugerahi kekayaan dan kelapangan!”
“Dan, tidakkah Kau juga tahu, Tuhan? Bahwa mereka yang Kau anugerahi kekayaan dan kelapangan, hanya sedikit dari mereka yang tersentuh hati dan mau bersedekah membantu mereka yang terlilit kemiskinan dan kesulitan!”
“Tidakkah Kau tahu itu, Tuhan?”
“Ah, tidak, tidak. Kau pasti sudah tahu. Karena Kau Maha Tahu segala-galanya, bukan?”
“Lalu? Kenapa Kau hanya diam saja menyaksikan semua itu?! Kenapa Kau tidak melakukan sesuatu?! Kenapaaaaaa…..???!!!”
Tidak ada jawaban dariNya
Pun tidak ada gulungan ombak yang menerpaku
Yang ada hanyalah hening, senyap dan sunyi
Alam raya seperti berhenti bergerak, terdiam
Angin seperti berhenti berhembus, mengambang
Awan di atas langit sana seperti berhenti berjalan, mematung
Ombak lautan seperti berhenti berdebur, membeku
Waktu pun seperti berhenti berputar, terpaku
Masih tidak ada jawaban dariNya
Yang ada hanyalah aku yang berdiri terdiam dan bingung di tepian lautan
Terdiam menunggu jawaban dariNya
Bingung menyaksikan semuanya ikut terdiam
Adakah mereka terdiam sepertiku yang sedang menunggu jawaban dariNya?
Ataukah mereka terdiam menunggu kata-kata terlontar dari mulutNya?
Agar lalu mereka sampaikan kata-kataNya itu kepadaku?
Entahlah, aku tidak tahu
Aku masih menunggu, menunggu dan menunggu apa yang akan terjadi
Seketika alam raya kembali bergerak
Seketika angin kembali berhembus
Seketika awan kembali berjalan
Seketika ombak lautan kembali berdebur
Seketika waktu pun kembali berputar
Tapi?
Ah, aku semakin bingung
Alam raya bergerak begitu hebatnya, mengguncang apa saja
Angin berhembus begitu kencangnya, merobohkan apa saja
Awan berjalan begitu cepatnya berubah menjadi gumpalan mendung hitam gelap tebal
Ombak lautan berdebur begitu tinggi bergulung-gulung, menerjang dan menenggelamkan apa saja
Waktu pun berputar begitu cepatnya, tiada melambat sedikitpun untuk memberikan kesempatan buat mereka menyelamatkan diri
Membiarkan semuanya terjadi
Murkakah Tuhan kepadaku?
Ataukah kepada mereka penguasa yang tidak adil itu?
Ataukah pula kepada mereka yang kaya yang tidak mau berbagi?
Tapi?
Ah, aku semakin bingung
Kenapa justru mereka rakyat kecil pedesaan yang sedang terlilit kemiskinan dan kesusahan yang menjadi korban?
Kenapa justru mereka yang harus menanggung beban bencana alam raya itu?
Adakah Tuhan sudah murka dengan mereka?
Adakah Tuhan sudah muak dengan rakyat kecil dan kaum miskin yang selalu berkeluh kesah, bersimpuh dan menangis di hadapanNya serta memohon pertolongan dariNya?
Adakah pula semua ini karena Tuhan telah disuap oleh mereka penguasa yang tidak adil dan mereka yang kaya itu?
Entahlah, aku tidak tahu
Aku bingung memikirkan semua ini
Sungguh, aku semakin bingung saja
Semakin bingung saja aku, sungguh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar