NO GOD BUT ALLAH . . .

اللهُ لآَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ...

Selasa, 07 Juni 2011

perangai ‘malu’ anak-anak

SEBEGITU aktif dan cerewetnya orang tua, sebegitu gigihnya usaha orang tua, terkadang sama sekali tidak bisa mengubah perangai ‘malu’ anak-anak. Kalau sudah begini, bagaimana yang harus kita lakukan? Apakah kita lantas putus asa, pasrah, dan berdiam diri?

Sedari awal, orang tua harus peka terhadap perilaku, sifat, dan tabiat anak. Oleh karenanya, pendampingan yang intensif perlu dilakukan untuk terus memantau perkembangan anak. Selalu mendampingi, baik dari dekat maupun kejauhan. Selalu mengamati, baik dalam suka kita maupun duka kita.

1. Ambil Sisi Positifnya
Kadang kita dibuat jengkel oleh anak yang pemalu. Disuruh ini-itu tidak mau. Disuruh begini-begitu tidak mau. Jawabannya cukup singkat, “Malu…ah!” atau mengayun-ayunkan tubuh sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Jika anak sudah menunjukkan gelagat malunya, sebaiknya dampingi dia. Bimbing dan gandenglah untuk melakukan sesuatu, sambil bisiki dengan kata-kata penyemangat.

Kita tak boleh malu dan harus mau menerima punya anak yang pemalu. Daripada punya anak yang malu-maluin? Coba bayangkan saja kalau anak Anda berbuat hal yang membuat Anda malu, misalnya suka mengambil makanan seenaknya di rumah orang. Lebih baik anak Anda malu menerima kalau diberi makanan tho? Setidaknya, dalam diri anak yang pemalu ada harga diri daripada anak yang malu-maluin yang tak tahu malu. Tak apa anak Anda pemalu, tapi dia lebih sopan dan tahu malu kok.

Anak yang pemalu umumnya pendiam, tidak berisik, apalagi urakan. Tapi anak yang pendiam bukan berarti pemalu lho!

2. Mengapa Malu?
Sebenarnya ada beberapa hal yang dapat menyebabkan rasa malu. Anak yang malu terkadang merasa tidak percaya diri ketika tampil di depan umum. Misalnya, anak malu jika disuruh menyanyi di depan kelas. Guru harus telaten menggandeng dia untuk maju. Diharapkan lambat laun si anak akan menjadi berani. Oleh sebab itu, dukungan penuh dari segala pihak sangat dibutuhkan.

Kadang anak merasa ada sesuatu yang kurang dalam dirinya. Dia tidak mau bergaul karena malu tidak punya apa-apa. Menghadapi anak yang demikian, kita harus menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri anak dengan mengajak dia menggali kelebihan dan keistimewaan yang dimillikinya. Sikap malu yang demikian ini cenderung ke arah minder, rendah diri. Orang tua harus rajin memotivasi anak. Jangan sampai rasa mindernya menghambat perkembangannya.

Tampak bahwa anak yang malu tampil harus cenderung diarahkan untuk berani. Sedangkan anak yang minder harus cenderung diarahkan untuk percaya diri.

Anak yang sulit diarahkan untuk menjadi berani tampil, akhirnya cenderung berperilaku menjadi anak yang “pemalu”. Anehnya, anak yang begini malah enjoy dan menikmati sifatnya. Ia merasa terusik jika ada teman atau orang lain yang mengganggu aktivitasnya. Menghadapi anak yang demikian perlu kesabaran orang tua untuk terus mengawasi dan mendampinginya. Jangan sampai keasyikannya menyendiri atau bermalu-malu menimbulkan hal-hal yang tidak dikehendaki, seperti keegoisan dan sangat tertutup.

3. Profesi untuk si Pemalu
Bila Anda sudah dapat menerima dan mengerti sifat pemalu si buah hati, berusahalah berbuat yang terbaik baginya. Biasanya anak pemalu senang berdiam diri dalam melakukan aktivitas, menyendiri, memisah dari teman-temannya. Jangan terkejut jika anak Anda lebih senang membaca komik daripada menemani Anda menemui tamu, atau diajak pergi ke arisan. Ya…, tak perlu memaksa dia untuk mengubah tabiatnya.

Kita bisa membuat strategi untuk dia. Kita giring dia melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan sendiri, misalnya membuat cerita, menggambar, dan lain sebagainya. Atau kita masukkan dia ke sanggar lukis atau musik. Dia pasti akan senang tatkala jemarinya mulai lincah memainkan alat musik.

Pendek kata, kita arahkan dia pada aktivitas, profesi yang lebih cenderung kepada ketekunan diri. Menjadi penulis, pelukis, atau pemusik, biasanya merupakan hal yang disenangi anak-anak pemalu. Bagaimana bisa? Bukankah profesi-profesi ini terkadang juga harus berhubungan dengan orang lain? Ya…, tetapi dengan ketekunan dirinya, anak yang pemalu akan menunjukkan kehebatannya. Yang diacungi jempol di sini adalah pertunjukan dan kepiawaiannya memainkan pena, kuas, dan alat musik…, tanpa bicara. Lambat laun dia pasti ingin memperlihatkan kehebatannya dan mulai berani untuk tampil. Tidak malu-maluin kan?

Coba cari profesi-profesi lain yang cocok untuk anak-anak pemalu. Pasti masih banyak…, ahli komputer, arsitek, dan lain-lain. Anda harus menyiapkan banyak pilihan yang siap disodorkan pada anak, dengan catatan… tanpa paksaan dan sesuai dengan bakat atau hobi anak.

Jadi, jangan terlalu cemas memiliki anak yang pemalu. Jika kita kelola dengan baik dan sungguh-sungguh, si pemalu lambat laun juga akan muncul untuk menunjukkan kebolehannya atau pun karya-karya hebatnya. Jangan terlalu memvonis si pemalu, tapi ambillah sisi-sisi positifnya. Dan jangan sesekali melabeli dan mengatakan dia sebagai “anak pemalu”. Cukup Anda simpan dan kelola dengan baik, dengan tetap terus mengupayakan bergaulnya. Niscaya dia akan menjadi anak yang cemerlang, karena mempunyai lebih banyak waktu untuk menyendiri dan menekuni aktivitasnya dengan penuh konsentrasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar