Wajah dalam Asa
Kusemai tiap duka yang tertuang dalam bejana kehidupan ini
Kutatap jauh ke depan, jauh dan tak tertebak oleh pemikiran yang sedikit ini
Lalu ku tundukkan kepala tanda ketidak berdayaan dan kekalahan di dalam hati nurani
Perlahan lutut terlipat, tersungkur tak berdaya dalam rintihan sanubari
Jangankan melangkah, bergerakpun tak lagi dapat kulakukan
Begitu berat beban yang ada dalam otak yang segumpal ini
Begitu sulitkah jalan yang harus kulalui
Sehingga harus terlibas dan terdepak dalam ketidak berdayaan hati
Masih tersungkur dalam ketidak berdayaan
Hingga terasa belaian lembut di pundak yang keluh ini
Kutengadahkan kepala dalam keputus asaan
Dengan sangat takjub
Kulihat secercah harapan datang dari wajah yang bersinar
Wajah yang memberikan ketenangan dalam kehidupan ini
Wajah yang mengulurkan tangan lalu kemudian mengangkatku dari keterpurukan
Wajah yang senantiasa memberikan semangat dan arti kehidupan itu sendiri
Wajah yang tak kan pernah hilang dalam kenangan
Kini telah jauh bias cahaya itu pergi
Kini telah jauh wajah yang bersinar itu menapakkan kaki
Tak terasa lagi belaian lembut untuk pundak yang tak kuat memikul kehidupan
Tak terdengar lagi bait kata pemompa asa
Wahai wajah yang member keceriaan dalam kehidupan
Sekiranya mampu terlahir kembali
Ku inginkan wajah itu sentiasa ada dalam kehidupan yang kedua itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar